
M. Rijal Fadhli
14220020
Universitas Muhammadiyah Metro
Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan Sosial
Program Studi Pendidikan Sejarah
E-mail:
mamutrijal@gmail.com
Pada zaman
sekarang ini lembaga pendidikan yang semakin berkembang, berinovasi dan
berupaya menghasilkan out put yang siap pakai, tidak semata hanya dimiliki oleh
sekolah umum saja. Namun pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
tertua di Indonesia juga mulai merestrukturisasi kurikulum pendidikan dan
sistem pembelajaran dengan menyesuaikan terhadap perkembangan zaman, dalam
artian pesantren tidak selalu diidentikkan dengan lembaga pendidikan yang masih
tradisional, tetapi pesantren sudah mulai berinovasi dengan mengintegrasikan
sistem pendidikannya pada kurikulum nasional. Hal ini menunjukkan bahwa
kedudukan dan peran pesantren semakin signifikan terhadap pengembangan
pendidikan Islam pada masyarakat yang selanjutnya dapat berimplikasi pada
pembentukan sikap yang baik.
Maka dari
itu peran pondok pesantren dalam peningkatan pendidikan agama Islam pada
masyarakat di pondok pesantren Darul A’mal Desa Mulyojati 16B Metro Barat sangat
penting sekali, dan hal ini sebenarnya sudah merupakan tugas dan tanggungjawab
pondok pesantren sesuai dengan azaz dasar didirikannya pondok pesantren Darul
A’mal. Lebih lanjut tentang seperti apa dan bagaimana peran pondok pesantren Darul
A’mal dapat diuraikan sebagai berikut sesuai dengan hasil wawancara yang
dilakukan oleh saya dengan berbagai narasumber yang mempunyai partisipasi dalam
upaya peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat.
Berdasarkan
pemaparan dari pengasuh Pondok Pesantren Darul A’mal yaitu KH. Ahmad Dahlan Rosyid sebagai informan
pertama dalam penelitian ini ketika penulis melakukan wawancara, beliau
menyatakan bahwa:
|
“Sebenarnya
keberadaan pondok pesantren khususnya di provinsi Lampung ini sangat penting
sekali perannya terhadap peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat,
karena masyarakat Lampung banyak yang beranggapan bahwa pondok pesantren itu
merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai nilai-nilai yang lebih dibandingkan
dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. nilai khususnya dalam hal spritual.
Anggapan seperti itu sangat memungkinkan untuk mempengaruhi pola pikir
masyarakat Lampung yang memiliki karakteristik fanatis-agamis. Kenapa saya
katakan demikian, karena sejak berdirinya pondok pesantren Darul A’mal,
pesantren ini sudah menjadi tempat pendalaman ilmu pengetahuan Islam dan
memantapkan posisinya dalam pengembangan agama Islam. Maka dari itu banyak
masyarakat dari berbagai daerah yang mempercayai proses pendidikan anaknya
kepada pesantren ini dengan cara memondokkan anak-anaknya dengan tujuan agar
mereka bisa mempunyai pengetahuan yang luas yang dibarengi dengan akhlak yang
baik dan bisa menjadi uswatun hasanah. Disamping itu sejak dulu KH. Khusnan
Mustofa Ghufron sebagai pendiri pertama pondok pesantren ini sudah mulai
menerapkan pendekatan-pendekatan sosio-kulutral dalam pengembangan pendidikan
agama Islam terhadap masyarakat. Beliau mengadakan kegiatan-kegiatan yang
banyak melibatkan masyarakat, seperti tahlilan (sarwaan) setiap malam jum’at
dan kegiatan tersebut dilakukan dengan cara bergiliran dari rumah masyarakat
yang satu dengan rumah yang lainnya. Selain kegiatan itu ada juga pengajian
rutin mingguan maupun bulanan yang dilaksakan di pondok pesantren.
Kegiatan-kegiatan tersebut sampai saat ini masih tetap dilaksanakan bahkan
beberapa kegiatan lain telah dikembangkan oleh pondok pesantren diantaranya
penyuluhan, dan penugasan alumni ke beberapa lembaga pendidikan untuk menjadi
guru bantu (tugas purna bakti). Peran pondok pesantren juga sangat menentukan
dalam peningkatan pemahaman akan ilmu-ilmu agama bagi para santri maupun
masyarakat. Sehingga setelah mereka terus menerus digembleng dengan ilmu
pengetahuan dan pendidikan agama Islam maka selanjutnya keimanan mereka
terhadap tuhan yang maha esa akan semakin mantap. Dengan demikian keberadaan
pondok pesantren manfaatnya dapat langsung dirasakan masyarakat dimana
masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan ilmu-ilmu pengetahuan agama”.
Pemaparan
informan di atas selaras dengan hasil observasi partisipatif yang dilakukan
oleh penulis, ketika saya sudah merasakan tinggal di pondok pesantren tersebut
selama melakukan proses penelitian. Sebagaimana penulis ketahui bahwa Pondok
Pesantren Darul A’mal Metro sejak awal
berdirinya telah mempunyai peran penting terhadap peningkatan pendidikan agama
Islam pada masyarakat, hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya apresiasi yang
diberikan oleh masyarakat sekitar terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh pesantren.
Senada
dengan pendapat pengasuh tentang Peran pondok pesantren dalam peningkatan
pendidikan agama Islam pada masyarakat, Ustadz Zakaria Mahmudi yang merupakan
salah satu pengurus pondok pesantren Darul A’mal (PPDA) beliau menyatakan
bahwa:
“Menurut
saya iya mas….. pondok kami yaitu Pondok Pesantren Darul A’mal sudah sejak dulu
mempunyai peran penting terhadap peningkatan pendidikan agama Islam pada
masyarakat, itu sudah dimulai pada zaman pendiri yaitu KH. Khusnan Mustofa
Ghufron. Dapat dilihat pada sekarang ini meskipun Pondok Pesantren Darul A’mal
ditinggal oleh Para alumni-alumni yang
sangat berptensi, tapi alhamdulilah pondok pesantren kami Darul A’mal tetap
eksis dan tetap bisa berperan dalam kehidupan masyarakat meskipun tidak ada
beliau-beliau. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa rasa tanggung jawab yang
dimiliki oleh lembaga ini untuk memberikan manfaat kepada masyarakat tidak akan
pernah pudar sampai kapanpun karena hal tersebut telah menjadi tujuan dari
berdirinya pesantren Darul A’mal itu sendiri. Tujuan santri pergi ke pondok
pesantren Darul A’mal adalah untuk menghiasi diri dengan (akhlaqul karimah),
mencari ilmu karena Allah untuk dirinya maupun untuk orang lain serta
mendekatkan diri kepada Allah Swt. dari itu semua bahwa di Pondok Pesantren Darul
A’mal ini juga ada pengabdian masyarakat yang disebut dengan Orientasi
Pengabdian Darul A’mal (OPIDA), dari konsep ini dapat dikolerasikan dengan
peran pondok pesantren terhadap masyarakat, ketika dilihat dari itu semua bahwa
pondok pesantren Darul A’mal telah berjalan sesuai dengan tujuan awal yaitu
membentuk dan membangun masyarakat baik itu dari segi moral maupun ilmu
pengetahuannya. Karena ketika pengabdian para santri dituntut mandiri bagaimana
menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapi ketika waktu pengabdian”.
Melengkapi
pernyataan dari beberapa informan sebelumnya, berikut juga penulis menguraikan
tentang bagaimana peran pondok pesantren dalam peningkatan pendidikan agama
Islam pada masyarakat dari perspektif masyarakat sebagai objek sasaran dari
setiap program-program yang dilakukan pesantren. Untuk itu penulis melakukan
wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat di sekitar pondok pesantren
diantaranya bapak Warsim dan bapak Misri. Berikut beberapa statemen dari bapak Warsim
ketika di wawancarai:
“Pondok
Pesantren Darul A’mal ini telah menerapkan dan meningkatkan pendidikan pada
masyarakat. Masalahnya disini memang para santri-santrinya diharuskan
mengembangkan fitrah manusia yang dimilikinya, diantaranya adalah Fitrah agama,
Dalam fitrah agama ini para santri sudah dididik dan digembleng dan didorong
untuk selalu pasrah, tunduk dan patuh kepada Tuhan, sehingga dalam hal ini
sering dilakukan dimasjid, seperti shalat jama’ah, shalat tahajud, istighasah,
shalawatan, tahlilan, yasinan dan ngaji kitab-kitab kuning. Fitrah berakal
budi, fitrah berakal budi merupakan untuk berfikir dan berzikir dalam memahami
tanda-tanda keagungann Tuhan. Ini juga sering dilakukan dengan bentuk diskusi
perkamar, antar daerah dan juga dilakukan dengan lomba MTQ yang sangat terkenal
di Indonesia. Fitrah kebersihan dan kesucian, hal ini biasanya di pondok
pesantren diberi tulisan yang berkaitan dengan kebersihan juga megadakan piket
kebersihan, kerja bhakti dan lomba kebersihan antar kamar. Fitrah bermoral atau
berakhlak, pondok pesantren Darul A’mal
sangat sekali menjaga dan memelihara terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan moral, makanya ketika disini ada para santri yang melanggar
aturan-aturan yang belaku disini itu diberi sangsi yang sesuai dengan kesalahannya.
Fitrah kebenaran, para santri disini diberi kesempatan untuk mencari konsep
kebenaran baik itu kebenaran mutlak maupun kebenaran nisbi dalam hal ini
dilakukan bentuk forum dialog dan seminar. Fitrah kemerdekaan, disini juga para
santri dituntut untuk merasakan kebebasan dalam melaksanakan aktifitas apapun,
karena itu semua sudah disepakati bersama. Fitrah Keadilan, fitrah ini harus
dimiliki oleh para santri, hal ini diterapkan diberbagai tempat baik diwaktu
diberi kepercayaan menjadi ketua kamar, pengurus daerah dan pengurus ISDA.
Fitrah persamaan dan persatuan, contoh dari aplikatif fitrah tersebut
dituangkan dalam bentuk memakai seragam putih-putih dalam shalat berjemaah dan
juga bersama-sama dalam melaksanakn senam pagi dan yang lainnya. Fitrah
individu, dalam fitrah ini biasanya para santri memasak sendiri, mencuci
sendiri dan bagaimana mengatur dirinya sendiri. Fitrah sosial, para santri
setiap hari jum’at dan hari selasa melakukan kerja bakhti, dan melakukan kerja
sama dengan masyarakat, yang hal ini dilakukan dalam penagihan listrik. Fitrah
seksual, fitrah ini merupakan untuk mengembangkan keturunan sehingga di pondok
pesantren ini para santri diajarinya dengan mengaji kitab julujen, yang mana
dalam hal ini dikhususkan kepada para santri yang sudah keluar Madrasah Aliyah
(MA). Fitrah ekonomi, dalam hal ini para santri diajari tentang kewirausahaan
dengan mendatangkan pemateri yang menjelaskan pentingnya ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan hidup sekaligus diterapkan dalam bentuk koperasi. Fitrah politik,
disini juga diajari tentang politik dan aplikatifnya, seperti dalam pemilihan
pengurus daerah, pengurus ISDA dan pengurus PPDA. Sehingga tidak heran kalau
diantara kyai dan gus-gusnya pondok pesantren Darul A’mal ini terjun dibidang
perpolitikan. Sebagaimana Gus Sulaiman Chamid yang menjadi anggota DPRD Metro.
Fitrah seni, dalam fitrah ini para santri sudah diimplementasikan baik seni
kaligrafi, seni qira’ah dan yang lainnya, dan hal-hal tersebut juga sedikit
banyak diterapkan pada masyarakat sekitar yang ada”.
Lebih lanjut
bapak Misri yang juga merupakan tetangga dekat dari pesantren Darul A’mal
menambahkan Pendapat bahwa:
Sebenarnya
bagi kami sebagai masyarakat, pesantren itu sudah cukup sangat berperan sekali,
mulai dari memberikan bimbingan bagi saya dari orang tua dan anak-anak saya.
Dulu, pada zaman saya masih anak-anak, yang mana pada waktu itu pendidikan itu
sangat minim sekali, baik itu pendidikan agama, apalagi pendidikan umum, waktu
itu saya dan teman-teman saya belajar ngaji dan bagaimana cara (andap ashor)
berakhlak yang baik, dengan sabarnya para pendiri pondok pesantren tersebut
mengopeni saya dan teman-teman saya sedikit demi sedikit, dan sampai saat ini
hal-hal seperti masih terus berlaku, sehingga pondok pesantren mempunyai
pengaruh yang sangat sekali terasa bagi masyarakat sekitarnya. Dan dengan
adanya pondok pesntren tersebut, kami merasa telah terbekali dengan ilmu-ilmu
pengetahuan khususnya pendidikan Islam dan tatakrama”.
Dari hasil
wawancara tersebut dapat diketahui bahwa keberadaan pondok pesantren terhadap
masyarakat dalam upaya peningkatan pendidikan agama Islam memiliki peran yang
cukup signifikan, hal inilah yang dicontohkan oleh pendiri pertama pondok
pesantren Darul A’mal. Beliau melakukan upaya pendekatan sosio-kultural kepada
masyarakat sekitar pesantren yang di wujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan
yang banyak melibatkan masyarakat, yang berupa tahlilan (sarwaan) setiap malam
jum’at dan kegiatan tersebut dilakukan dengan cara bergiliran dari rumah
masyarakat yang satu dengan rumah yang lainnya. Selain kegiatan itu ada juga
pengajian rutin mingguan yang dilaksakan di pondok pesantren. Disamping itu
beliau juga memberikan semangat dan memberikan suri tauladan kepada masyarakat
dalam berperilaku sehari-hari, sehingga dikalangan masyarakat maupun para
santri sangat mengenang jasa-jasa beliau utamanya pada ajaran-ajaran yang
dikembangkan oleh beliau yaitu; simtem pendidikannya yang sangat berpengaruh
terhadap terbentuknya masyarakat yang berbudi hasanah. Berikut kami sajikan
hasil wawancara diatas dalam bentuk Matrik Deskriptif.
Jadi Dapat dilihat
berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan oleh peneliti pada wawancara di
atas, maka dalam penelitian ini kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai
berikut: Peran pondok pesantren terhadap masyarakat dalam upaya peningkatan
pendidikan agama Islam mempunyai posisi yang cukup signifikan, hal inilah yang
dicontohkan oleh pendiri pertama pondok pesantren Darul A’mal. Beliau melakukan
upaya pendekatan sosio-kultural kepada masyarakat sekitar pesantren yang
diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan masyarakat
antara lain, tahlilan (sarwaan) setiap malam jum’at dan kegiatan tersebut
dilakukan dengan cara bergiliran. Kegiatan tersebut sampai saat ini masih
terlaksana, bentuk serta macamnya juga semakin bervariasi. Semua kegiatan
tersebut ditujukan agar masyarakat mampu memahami dan mampu mengamalkan ajaran
agama secara baik dan benar. Secara implisit kegiatan tersebut juga bertujuan
untuk menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap pesantren
maupun bisa meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap segala bentuk kegiatan
yang dilakukan oleh pesantren.
Adapun beberapa langkah yang
diterapkan di pondok pesantren Darul A’mal Desa Mulyojati 16 B metro dalam
peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat yaitu melalui: (a). arisan
tahlilan mingguan, (b). pembacaan dhiba’an atau berzanji, (c). pembacaan Al
quran, (d). pengajian keagamaan, (e). Penyuluhan (berupa penyuluhan pertanian,
keterampilan, manajemen usaha, serta koperasi simpan pinjam), dan (f). program
pengabdian bagi santri yang sudah lulus Madrasah Aliyah di berbagai lembaga
pendidikan yang ada baik di Metro Lampung maupun di daerah Metro seperti (di
Bandar Lampung, Kalianda, Kotabumi, dan Bandar jaya). Untuk lebih
mengoptimalkan peran pondok pesantren Darul A’mal di tengah masyarakat maka di
pesantren ini dibentuk suatu lembaga pengabdian masyarakat dengan nama Biro
pembinaan dan pengembangan masyarakat (BPPM).
DAFTAR RUJUKAN
- Dra. Hj. Faiqoh,
M.Hum. 2003. Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah. Jakarta.
- Mujib, Abdul.
2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : kencana.
- Khosin. 2006. Tipologi
Pondok Pesantren. Jakarta. Diva pustaka.
- http: // id.
Wikipedia. Org/ wiki/ pesantren. Diakses pada 22 november 2016.
DAFTAR NARASUMBER
- K.H Ahmad Dahlan
Rosyid ( Pengasuh PPDA )
- Ustadz. Zakaria
Mahmudi. S.H ( Lurah PPDA )
- Bpk. Warsim (
Masyarakat Sekitar PPDA )
- Bpk. Misri (
Masyarakat Sekitar PPDA )
Semoga Bermanfaat
BalasHapus