Kamis, 29 Desember 2016

Makalah sejarah Asia Barat Daya Sejarah Peradaban kuno di timur tengah






SEJARAH PERADABAN KUNO DI TIMUR TENGAH
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Barat Daya
 yang Diampu Oleh Ibu Umi Hartati, M.Pd.

Disusun oleh kelompok I:
Marlena                       14220008
                                         Anggun Fitriani             14220036                                       
Eka Purnama S.         14220004
M. Rijal Fadhli             14220020



 
 
 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN IPS
PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
2016













BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Asia Barat merupakan bagian wilayah dari Benua Asia yang terkenal dengan julukan “Timur Tengah”. Timur Tengah kuno merupakan daerah besar yang terdiri dari tiga daerah penting, yaitu Mesopotamia, Suriah-Palestina dan Mesir. Pada umumnya Negara-negara yang terletak di Asia Barat adalah Negara yang memiliki sejarah dan latar belakang sebagai bangsa Arab karena diperkirakan para leluhur dari bangsa timur tengah ( Sumeria, Akadia, Babilonia, Assyria, Kaldea, Ameria, Phoenesia, Ibrani, Arab, dan Abissina ) pernah hidup bersama sebagai satu bangsa pada satu tempat dan masa tertentu.
Bangsa Arab merupakan pewaris peradaban kuno yang berkembang pesat di tepi sungai Eufrat dan Tigris di daerah Mesopotamia ( Teluk persia yang membentang ke arah barat laut meliputi Irak, sebagian kecil dari Iran, Suriah, dan Lebanon ). Bangsa Timur Tengah dikatakan sebagai bangsa penakluk dunia karena bangsa ini merupakan penghasil peradaban umat manusia yang pertama didunia. Salah satu contohnya adalah Peradaban Mesopotamia kuno yang mendominasi peradaban lain pada zamannya.
Pusat peradaban kuno Mesopotamia ( yang kini menjadi Republik Irak ) menjadi pusat perhatian dunia karena diyakini sebagai peradaban tertua didunia oleh bangsa Sumeria yang membangun kota kuno seperti Ur. Selengkapnya akan kami bahas dalam makalah kami.



B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana letak peradaban kuno di Timur Tengah?
2.    Bagaimana bangsa-bangsa pendukung peradaban kuno di Timur Tengah?

C.  Tujuan Penulisan Masalah
1.    Untuk mengetahui letak peradaban kuno di Timur Tengah.
2.    Untuk mengetahui bangsa-bangsa pendukung peradaban kuno di Timur Tengah.















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Letak Peradaban Kuno di Timur Tengah
Peradaban kuno di Timur Tengah meliputi peradapan kuno di wilayah Mesapotamia yang pada masa lalu tedapat beberapa kerajaan di antaranya Kerajaan Babilonia yang terletak di lembah Sungai Eufrat dan Sungai Didjlah (Tigris) sebelah selatan (4000 SM-1300 SM) dan Kerajaan Asyiia yang teletak di lembah Sungai Eufrat dan Tigris sebelah utara (1300 SM-606 SM).
Peradaban kuno di Timur Tengah lahir di Mesopotamia yang terletak diantara dua sungai besar, yaitu Eufrat dan Tigris. Daerah yang sekarang menjadi Republik Irak itu pada zaman dahulu disebut Mesopotamia yang dalam bahasa Yunani berarti “daerah di antara sungai-sungai”. Sedangkan dalam bahasa Arab, Mesopotamia  disebut “Bayn Nahrain” yang artinya antara dua sungai.
Secara geografis, sumber air Sungai Eufrat dan Tigris tedapat di lereng Pegunungan Armenia di perbatasan antara Irak dan Rusia. Di sekitar muara, alam geogafisnya berupa rawa-rawa penuh dengan tetumbuhan semak dan didiami oleh aneka jenis burung liar. Semakin menuju ke pedalaman, alam semakin kering. Kemudian datanglah bangsa-bangsa dai gurun di sekitarnya untuk bertenak dan bertani di lembah yang subur tersebut. Setiap tahun cairan salju di gunung-gunung Armenia menimbulkan luapan air sungai. Datanglah banjir hebat yang menyebabkan lumpur aluvia secara berlapis-lapis dari masa ke masa. Penduduk memanfaatkan banjir untuk mengintensifkan pertanian dan pertenakan. Tantangan banjir diatasi dengan pembuatan tanggul, dam.

B.  Bangsa-Bangsa Pendukung Peradaban Kuno di Timur Tengah
Bangsa Sumeria mengambarngkan kehidupan dan peradapannya dengan mengusahakan pertanian. Pengolahannya tanah pertanian dilakukan dengan membajak menggunakan tenaga hewan yaitu keladai dan lembu. Untuk mengangkat hasil panen dan keperluan yang lain, bangsa Sumeria membuat kereta atau gerobak yang diberi roda sehingga bangsa Sumeria dikenal sebagai bangsa yang pertama kali menggunakan oda. Hasil utama pertanian bangsa Sumeria, diantaranya gandum, jemawut.
Bangsa Sumeria mengambangkan pemerintahan yang berpusat di kota Ur dekat muara Sungai Eufrat. Para penguasa memiliki kekuasaan yang sangat besar, bahkan absolut karena selain berfungsi kepala pemerintahan, Raja juga sebagai Patesi sehingga dikenal dengan Pedeta Raja.
Dari segi kepercayaan, bangsa Sumeria mengenal adanya banyak dewa atau polytheisme. Di antara dewa-dewa yang disembah adalah Marduk sebagai dewa tertinggi dan dewa-dewa yang mengusai alam, antara lain Enlil (Dewa Bumi), Ea (Dewa Air), Anu (Dewa Langit). Sin (Dewa Bulan), Samas (Dewa Matahari), Ereskigal (Dewa Kematian). Dalam melaksanakan kepercayaan, bangsa Sumeria membangun sebuah kuil untuk pemujaan kepada dewa yang disebut Ziggurat. Ziggurat berasal dari kata zagaru, artinya bangunan tinggi seperti gunung karena merupakan menara bertingkat yang semakin keatas semakin kecil.
Dari segi ilmu pengetahuan, bangsa Sumeria telah mengenal tulisan paku atau cunei form. Bangsa Sumeria menggunakan sekitar 350 tanda gambar dan setiap gambar merupakan satu suku kata. Huruf-huruf paku dituliskan pada papan tanah liat yang digoresi atau ditulisi menggunakan karang yang keras dan berujung tajam. Bangsa pendukung peradaban Mesopotania selanjutnya adalah bangsa Babilonia. Nama Babilonia diambil sesuai dengan nama ibu kotanya yaitu babel .
Dari segi hukum, peradaban Babilonia yang terkenal adalah Code Hammurabi yaitu Code hukum raja hammurabi yang ditemukan pada tahun 1902 yang menunjukan bahwa bangsa Babilonia telah menggunakan perjanjian atau kontrak dalam perdagangan. Undang-undang pidana juga telah dilaksanakan yaitu memberikan hukuman yang setimpal atau hukuman pembalasan. Undang-undang tersebut dipahat di atas batu atau tugu yang juga merupakan undang-undang tertua di dunia. Selain hukum pidana juga terdapat hukum sipil yang mengatur tentang hak milik, hutang piutang, perkawinan, pengobatan, bangunan, penghasilan dan sebagainya. Kerajaan Babilonia  mencapai puncak kejayaan pada pemerintahan raja Babilonia baru yaitu Naboplashar (tahun 625-562 SM). Bangsa pendukung peradaban kuno di Mesopotamia selain bangsa Sumeria dan Babilonia adalah bangsa Assyria yang terletak di tepi sungai Trigis dengan ibu kotanya Niniveh. Kerajaan Assyria dimulai dengan pemberontakan Tiglat Filiser I pada tahun 1100 SM. Bangsa Assyria mencatat banyak kemakmuran dan kemenangan.

2. Mesir
            Ditinjau dari segi historisnya, ada beberapa nama untuk menyebut Mesir. Bangsa Sumit yang tinggal disekeliling Mesir menyebut Negeri ini dengan nama Misr. Misr dalam bahasa Semit bersrti batas. Oleh karena itu, bangsa Semit menyebut daerah yang berada dalam lingkungan mereka sebagai Misr, sedangkan penduduknya disebut sebagai Misriyyin. Berbeda pula dengan orang-orang Qibti yang menyebut negeri ini pada zaman lampau dengan istilah kemy yang membawa arti hitam atau panah yang hitam karena banjir dari luapan sungai Nil yang membawa lumpur berwarna hitam yang berguna untuk pertanian. Orang-orang Assyria menyebut negeri ini sebagai hecobtah. Hecobtah diambil dari sebutan orang-orang Mesir sendiri untuk kerajaan Mesir lamayaitu Menant (memphis)yang mempunyai arti tempat bersemayamnya roh bietah. Bietah merupakan tuhan orang Mesir yang dianggap sebagai pelindung perindustrian pada masa dahulu. Sedangkan orang-orang Yunani menyebut Mesir dengan nama Egyptus. Nama egyptus ini disebut berulangkali dalam syair-syair pujangga agunng Yunan, Homerus.
Bangsa Yunani menyatakan bahwa Memphis merupakan sebuah ibu kota Mesir Purba yang terletak berhampiran Sakkara. Di kota inilah didirikan kerajaan Mesir awal dari pada dinasti pertama. Maka tidak heran jika disitu juga terdapat kawasan perkuburan para pemangku raja dari pada dinasti pertama yang hampir kesemua raja dari dinasti kedua.
Kondisi khas suatu negara secara alami harus dipandang menjadi faktor-faktor utama yang menciptakan keadaan rohani penduduknya, cara berfikir dan wataknya. Penduduknya tidak perlu berpindah-pindah tempat lagi karena dijamin oleh kesuburan tanah karena adanya luapan sungai Nil. Jasa alam yang berupa luapan sungai Nil melalui pemikiran para ilmuan dimasa lalu ikut pula penanggakan Mesir yang kelak dioper oleh bangsa Romawi.
Kondisi alam selain bepengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan juga mempengaruhi corak penghayatan rohani bangsa mesir kuno. Orang mesir adalah pemuja dewa. Matahari, nil dan bumi dianggap. Dewa yang paling banyak dipuja adalah dewa Ra atau dewa matahari. Sehubungan pemanfaatan ilmu dan teknik, di mana dua-duanya tidak terlepas dari kepercayaan, maka kedudukan para pendeta pun naik setelah mereka mampu membuktikan kemampuan mereka dalam hal meramalkan panenan berdasarkan kalender.


3.  Syiria
Syiria purba meliputi wilayah sepanjang pantai Laut Tengah antara Asia kecil dan Mesir. Daerah ini ditempati bangsa yang bermacam-macam, yaitu:
a)    Bangsa Yahudi
Bangsa yahudi benenek moyang suku-suku Semit yang hidup sebagai kaum nomad dengan ruang gerak dari Mesopotamia sampai lembah Sungai Nil di Mesir untuk akhirnya menetap sebagai bangsa petani di Kanaan. Di Kanaan alamnya monoton dan keras karena terdiri atas stepa dan gurun sehingga manusianya harus bekerja keras untuk dapat bertahan hidup. Alam yang kering dengan hujan yang sedikit mendorong inspirasi bangsa yahudi dari abad ke abad. Seluk beluk agama bangsa yahudi adalah agamanya bersifat historis, rasionalistis, mateialistis, nasionalistis, dan egoistis.

b)    Bangsa Punichia
Di sebelah utara Kanaan atau Palestina berdiamlah bangsa Punichia yang sekarang bernama Libanon. Agama bangsa Punichia kurang mengandung keagungan karena tata peribadatan mereka yang serba kejam. Kegiatan bangsa Punichia kuno adalah tiga hal, yaitu berdagang, berlayar dan merompak di laut. Oleh karma itu semua kota-kota Tyrus dan Sidon menjadi pusat yang penting di zaman keagungan Punichia.
Para pelaut bangsa Punichia mengunjungi Mesopotamia dan ke Mesir bahkan sampai ke India melalui jazirah Arabia. Di sepanjang pantai Laut Tengah mereka dirikan berbagai koloni. Selat Gilbraltar diterobosi dan mereka juga berhasil mencapai pantai-pantai Laut Utara bahkan sampai masuk ke Laut Timur. Sambil berdagang ke dunia Barat, bangsa Phunichia juga menyebarkan benih-benih perkembangan yang bersumberkan pengetahuan yang bersal dari dunia Timur, khususnya bagi perkembangan Yunani di bidang ilmu, jasa para pedagang Phunichia sangat besar. Tata kerja orang Phunichia dan pada gilirannya bangsa Yunani kemudian menguasai pantai-pantai Laut Tengah dan menyebarkan koloni-koloninya. Koloni yang'terkenal dari bangsa Phunicia adalah Kartago, di mana kemudian berdiri suatu republik yang kuat dan disegani oleh Yunani.

4.    Persia
Etnis Persia adalah keturunan Bangsa Arya yang berhijrah dari Asia Tengah ke Iran pada milenium kedua sebelum Masehi (SM). Bangsa Arya ini kemudian terpecah dua menjadi bangsa Persia dan bangsa Media dan mereka berasimilasi dengan sukusuku setempat seperti EIam.Dari sini, Iahirlah bahasa Persia dan bahasa-bahasa Iran lain. Sumber sejarah tertulis pertama mengenai orang Persia ini ialah prasasti Assyria (834 SM)), dan di dalam prasasti itu ada menyentuh tentang orang Porsua (Persia) dan Muddai (Media). Saat itu, orang Asyur menggunakan istilah 'Parsua' untuk merujuk kepada suku-suku di Iran. Kemudian orang Yunani mengadaptasikan istilah ini untuk mer'ujuk pada peradaban-peradaban dari Iran. Ketika orang Persia memeluk agama Islam, orang Arab menggelari mereka `Fars' karena abjad 'P' tidak terdapat dalam tulisan Arah. Kawasan Persia kemudian diperintah oleh beberapa kerajaan yang membentuk kekaisaran-kekaisaran yang kuat. Di antara kekaisaran-kekaisaran ini adalah kekaisaran Persia seperti Akhemenid, Parthia, Sassania, Buwaihidah dan Samania. Pemerintahan yang pernah memerintah Persia ialah Seleukus, Ummayyah, Abbasiyyah, Turki Seljuk, Afshariyah dan Qajar.
Peradaban awal utama yang terjadi pada daerah yang sekarang menjadi negara Iran, adalah peradaban kaum Elarnit, yang telah bermukim di daerah Barat Daya Iran sejak 3000 SM. Pada 1500 SM, suku Arya mulai bermigrasi ke Iran dari Sungai Volga utara Laut Kaspia dan dari Asia Tengah. Akhirnya dua suku utama dari bangsa Arya, suku Persia dan suku Medes, bermukim di Iran. Satu kelompok bermukim di daerah Barat Laut dan mendirikan kerajaan Media. Kelompok yang lain hidup di lain Selatan, daerah yang kemudian oleh orang Yunani disebut sebagai Persis-vang menjadi asal kata nama Persia. Bagaimanapun juga, baik suku bangsa Medes maupun suku bangsa Persia menyebut tanah air mereka yang baru sebagai Iran, yang berarti "tanah bangsa Arya". Pada 600 SM suku Medes telah menjadi penguasa Persia.
Kira-kira tahun 513 SM, bangsa Persia meakukan invasi ke tempat yang sekarang merupakan Rusia Selatan dan Eropa Tenggara dan hampir menguasai wilayah ini juga. Darius sekali lagi mengirim bala Tentara Agung-nya ke Yunani di tahun 490 SM, tetapi dikalahkan oleh pasukan bangsa Athena di Marathon. Sekali lagi putra Darius, Xerxes, menginvasi Yunani di tahun 480 SM. Bangsa Persia mengalahkan tentara Sparta setelah melalui pertempuran sengit di Thermopylae. Akan tetapi mereka mengalami kekalahan yang menyesakkan di Salamis dan didepak dari Eropa tahun 479 SM. Setelah mengalami kekalahan di Yunani, Imperium Achaemenid kian melemah dan mengalami kemerosotan. Pada 1331 SM, Alexander dari Macedonia menaklukkan kerajaan tersebut, setelah mengalahkan tentara Persia yang besar dalara pertempuran di Arbela. Kemenangan ini mengakhiri Imperium Achaerenid dan Persia pun menjadi bagian dari kekaisaran Alexander.
Penaklukan keseluruhan Kerajaan Achaemenid oleh Alexander dianggap sebagai sebuah tragedi besar oleh bangsa Iran, sebuah fakta yang direfleksikan dalam kisah epik nasional Shah Narneh, yang ditulis oleh Firdausi, seorang penyair, kira-kira pada awal abad ke-11 M. Lebih dari sepuluh tahun setelah kematian Alexander di tahun 323 SM, salah seorang panglima bernama Seleucus mendirikan sebuah dinasti yang memerintah Persia dari tahun 155 SM. Setelah itu, bangsa Parthian memenangkan kendali atas Persia. Pemerintahan mereka bertahan hingga tahun 224 M. Bangsa Parthian membangun kerajaan yang besar melewati Asia Kecil Timur dan Asia Barat Daya. Selama 200 tahun terakhir pemerintahan mereka, bangsa Parthian harus berperang dengan bangsa Romawi di Barat dan bangsa Kushan di wilayah yang sekarang rnenjadi wilayah Afganistan.
Di pertengahan abad ke-7 M, terjadilah sebuah peristiwa yang merubah nasib Iran. Tentara Arab menaklukkan negara tersebut dan kebanyakan rakyat Iran kemudian menganut agama Islam. Alasan bagi keberhasilan pesat agama baru itu tidak sulit untuk dicari. Di samping kesemua pencapaian yang demikian menakjubkan, Kerajaan Sassanid didirikan dengan adanya penindasan yang ektrim terhadap rakyat yang telah terinjak. Meskipun begitu, bagi dunia bangsa Iran lahirnya agama Islam tidak berarti pembebasan, akan tetapi merupakan kekalahan dan penjajahan oleh orang asing. Hal itu merubah seluruh rangkaian sejarah Persia. Dengan memperkenalkan Islam, bangsa Arab mengganti kepercayaan kuno Persia, Zoroastrianisme, dan sejak saat itu hingga hari ini, orang Persia menjadi Muslim. Namun, stempel Islam mereka dari awalnya agak berbeda dengan yang dimiliki oleh Muslim yang lain. Mereka mengisinya dengan warna-warna Iran yang spesifik ketika bangsa Persia itu menganut agama Islam dalam bentuk Syi'ah yang heterodoks dan menggunakannya sebagai senjata yang digunakan untuk melawan para penguasa Arab.
Selama beberapa abad bahasa penjajah, yakni bahasa Arab, menggantikan bahasa Pahalavi (bahasa Persia tengah), bahasa yang dipakai oleh bangsa Persia selama masa pemerintahan Sassanid (periode Kerajaan Persia Kedua).
Pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suatu suku dari Turki memperoleh kendali atas beberapa wilayah Iran. Pada tahun 1501, pemimpin suku tersebut, Ismail, ditahbiskan sebagai raja dan mendirikan Dinasti Safavid, dimana seorang representasi terbesarnya adalah Shah Abbas yang memerintah dari 1587 hingga 1629. Ditangkalnya invasi yang dilakukan oleh Kerajaan Ottoman Turki dan suku Uzbek dari Turkistan. Tercatat Shah Abbas dan para penerusnya sangat berpengaruh dalam mendukung perkembangan arsitektur dan seni. Isfahan, yang menjadi Ibu Kota Safavid di tahun 1598, dikenal sebagai salah satu kota berperadaban yang paling maju. Pada masa itu orang Persia suka menyebut Isfahan sebagai Nif-e-Jaltan ("separuh dunia"). Pemberlakuan ajaran Syi’ah sebagai agama resmi dari negara Safavid bertindak menjadi kekuatan pemersatu dalam tubuh kerajaan Safavid dan memungkinkan Safavid untuk menghubungkan rasa nasionalisme laten bangsa Iran yang luas tersebar. Di lain pihak, hal itu membawa Safavid ke kancah konflik terbuka dengan Kerajaan Ottoman dan menggiringnya menuju dua abad pasang-surut peperangan antara kedua negara adidaya ini.







BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Peradaban kuno di Timur Tengah meliputi peradapan kuno di wilayah Mesapotamia yang pada masa lalu tedapat beberapa kerajaan di antaranya Kerajaan Babilonia yang terletak di lembah Sungai Eufrat dan Sungai Didjlah. Kemudian bangsa-bangsa pendukung peradaban kuno di Timur Tengah seperti Sumeria adalah Babilonia dan Assyria, Mesir penduduknya disebut dengan  Misriyyin, Syria terdapat bangsa Yahudi dan bangsa Punichia, dan Persia keturunan bangsa Arya.

B.  Saran
Sebagai mahasiswa khususnya mahasiswa sejarah, kita wajib mengetahui serta memahami sejarah peradaban kuno di Timur Tengah, yang dimana harus mengetahui peradabannya pada masa tersebut mengingat zaman sekarang atau masa globalisasi para pendidik kurang memahami mengenai bagaimana sejarahnya peradaban kuno di Timur Tengah.








Daftar Pustaka
Davinnurfaiz. 2012. Peradaban Kuno Mesir . (Online)
17 September 2016
Isawati. 2012.Sejarah Timur Tengah. Yogyakarta: Ombak
Rohman. 2012.Sejarah Peradaban Kuno Tengah. (Online)



Rabu, 30 November 2016

Antropologi sejarah



Peranan Pondok Pesantren Darul A’mal Desa Mulyojati 16B Metro Lampung Dalam Peningkatan Pendidikan Agama Islam Pada Masyarakat
M. Rijal Fadhli
14220020

Universitas Muhammadiyah Metro
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan Sosial
Program Studi Pendidikan Sejarah

E-mail: mamutrijal@gmail.com

Pada zaman sekarang ini lembaga pendidikan yang semakin berkembang, berinovasi dan berupaya menghasilkan out put yang siap pakai, tidak semata hanya dimiliki oleh sekolah umum saja. Namun pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia juga mulai merestrukturisasi kurikulum pendidikan dan sistem pembelajaran dengan menyesuaikan terhadap perkembangan zaman, dalam artian pesantren tidak selalu diidentikkan dengan lembaga pendidikan yang masih tradisional, tetapi pesantren sudah mulai berinovasi dengan mengintegrasikan sistem pendidikannya pada kurikulum nasional. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan dan peran pesantren semakin signifikan terhadap pengembangan pendidikan Islam pada masyarakat yang selanjutnya dapat berimplikasi pada pembentukan sikap yang baik.
Maka dari itu peran pondok pesantren dalam peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat di pondok pesantren Darul A’mal Desa Mulyojati 16B Metro Barat sangat penting sekali, dan hal ini sebenarnya sudah merupakan tugas dan tanggungjawab pondok pesantren sesuai dengan azaz dasar didirikannya pondok pesantren Darul A’mal. Lebih lanjut tentang seperti apa dan bagaimana peran pondok pesantren Darul A’mal dapat diuraikan sebagai berikut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh saya dengan berbagai narasumber yang mempunyai partisipasi dalam upaya peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat.
 Berdasarkan pemaparan dari pengasuh Pondok Pesantren Darul A’mal  yaitu KH. Ahmad Dahlan Rosyid sebagai informan pertama dalam penelitian ini ketika penulis melakukan wawancara, beliau menyatakan bahwa:


“Sebenarnya keberadaan pondok pesantren khususnya di provinsi Lampung ini sangat penting sekali perannya terhadap peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat, karena masyarakat Lampung banyak yang beranggapan bahwa pondok pesantren itu merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai nilai-nilai yang lebih dibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. nilai khususnya dalam hal spritual. Anggapan seperti itu sangat memungkinkan untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat Lampung yang memiliki karakteristik fanatis-agamis. Kenapa saya katakan demikian, karena sejak berdirinya pondok pesantren Darul A’mal, pesantren ini sudah menjadi tempat pendalaman ilmu pengetahuan Islam dan memantapkan posisinya dalam pengembangan agama Islam. Maka dari itu banyak masyarakat dari berbagai daerah yang mempercayai proses pendidikan anaknya kepada pesantren ini dengan cara memondokkan anak-anaknya dengan tujuan agar mereka bisa mempunyai pengetahuan yang luas yang dibarengi dengan akhlak yang baik dan bisa menjadi uswatun hasanah. Disamping itu sejak dulu KH. Khusnan Mustofa Ghufron sebagai pendiri pertama pondok pesantren ini sudah mulai menerapkan pendekatan-pendekatan sosio-kulutral dalam pengembangan pendidikan agama Islam terhadap masyarakat. Beliau mengadakan kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan masyarakat, seperti tahlilan (sarwaan) setiap malam jum’at dan kegiatan tersebut dilakukan dengan cara bergiliran dari rumah masyarakat yang satu dengan rumah yang lainnya. Selain kegiatan itu ada juga pengajian rutin mingguan maupun bulanan yang dilaksakan di pondok pesantren. Kegiatan-kegiatan tersebut sampai saat ini masih tetap dilaksanakan bahkan beberapa kegiatan lain telah dikembangkan oleh pondok pesantren diantaranya penyuluhan, dan penugasan alumni ke beberapa lembaga pendidikan untuk menjadi guru bantu (tugas purna bakti). Peran pondok pesantren juga sangat menentukan dalam peningkatan pemahaman akan ilmu-ilmu agama bagi para santri maupun masyarakat. Sehingga setelah mereka terus menerus digembleng dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan agama Islam maka selanjutnya keimanan mereka terhadap tuhan yang maha esa akan semakin mantap. Dengan demikian keberadaan pondok pesantren manfaatnya dapat langsung dirasakan masyarakat dimana masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan ilmu-ilmu pengetahuan agama”.
Pemaparan informan di atas selaras dengan hasil observasi partisipatif yang dilakukan oleh penulis, ketika saya sudah merasakan tinggal di pondok pesantren tersebut selama melakukan proses penelitian. Sebagaimana penulis ketahui bahwa Pondok Pesantren Darul A’mal Metro  sejak awal berdirinya telah mempunyai peran penting terhadap peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat, hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya apresiasi yang diberikan oleh masyarakat sekitar terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pesantren.
Senada dengan pendapat pengasuh tentang Peran pondok pesantren dalam peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat, Ustadz Zakaria Mahmudi yang merupakan salah satu pengurus pondok pesantren Darul A’mal (PPDA) beliau menyatakan bahwa:
“Menurut saya iya mas….. pondok kami yaitu Pondok Pesantren Darul A’mal sudah sejak dulu mempunyai peran penting terhadap peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat, itu sudah dimulai pada zaman pendiri yaitu KH. Khusnan Mustofa Ghufron. Dapat dilihat pada sekarang ini meskipun Pondok Pesantren Darul A’mal ditinggal oleh Para  alumni-alumni yang sangat berptensi, tapi alhamdulilah pondok pesantren kami Darul A’mal tetap eksis dan tetap bisa berperan dalam kehidupan masyarakat meskipun tidak ada beliau-beliau. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh lembaga ini untuk memberikan manfaat kepada masyarakat tidak akan pernah pudar sampai kapanpun karena hal tersebut telah menjadi tujuan dari berdirinya pesantren Darul A’mal itu sendiri. Tujuan santri pergi ke pondok pesantren Darul A’mal adalah untuk menghiasi diri dengan (akhlaqul karimah), mencari ilmu karena Allah untuk dirinya maupun untuk orang lain serta mendekatkan diri kepada Allah Swt. dari itu semua bahwa di Pondok Pesantren Darul A’mal ini juga ada pengabdian masyarakat yang disebut dengan Orientasi Pengabdian Darul A’mal (OPIDA), dari konsep ini dapat dikolerasikan dengan peran pondok pesantren terhadap masyarakat, ketika dilihat dari itu semua bahwa pondok pesantren Darul A’mal telah berjalan sesuai dengan tujuan awal yaitu membentuk dan membangun masyarakat baik itu dari segi moral maupun ilmu pengetahuannya. Karena ketika pengabdian para santri dituntut mandiri bagaimana menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapi ketika waktu pengabdian”.
Melengkapi pernyataan dari beberapa informan sebelumnya, berikut juga penulis menguraikan tentang bagaimana peran pondok pesantren dalam peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat dari perspektif masyarakat sebagai objek sasaran dari setiap program-program yang dilakukan pesantren. Untuk itu penulis melakukan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat di sekitar pondok pesantren diantaranya bapak Warsim dan bapak Misri. Berikut beberapa statemen dari bapak Warsim ketika di wawancarai:
“Pondok Pesantren Darul A’mal ini telah menerapkan dan meningkatkan pendidikan pada masyarakat. Masalahnya disini memang para santri-santrinya diharuskan mengembangkan fitrah manusia yang dimilikinya, diantaranya adalah Fitrah agama, Dalam fitrah agama ini para santri sudah dididik dan digembleng dan didorong untuk selalu pasrah, tunduk dan patuh kepada Tuhan, sehingga dalam hal ini sering dilakukan dimasjid, seperti shalat jama’ah, shalat tahajud, istighasah, shalawatan, tahlilan, yasinan dan ngaji kitab-kitab kuning. Fitrah berakal budi, fitrah berakal budi merupakan untuk berfikir dan berzikir dalam memahami tanda-tanda keagungann Tuhan. Ini juga sering dilakukan dengan bentuk diskusi perkamar, antar daerah dan juga dilakukan dengan lomba MTQ yang sangat terkenal di Indonesia. Fitrah kebersihan dan kesucian, hal ini biasanya di pondok pesantren diberi tulisan yang berkaitan dengan kebersihan juga megadakan piket kebersihan, kerja bhakti dan lomba kebersihan antar kamar. Fitrah bermoral atau berakhlak, pondok pesantren Darul A’mal  sangat sekali menjaga dan memelihara terhadap hal-hal yang berkaitan dengan moral, makanya ketika disini ada para santri yang melanggar aturan-aturan yang belaku disini itu diberi sangsi yang sesuai dengan kesalahannya. Fitrah kebenaran, para santri disini diberi kesempatan untuk mencari konsep kebenaran baik itu kebenaran mutlak maupun kebenaran nisbi dalam hal ini dilakukan bentuk forum dialog dan seminar. Fitrah kemerdekaan, disini juga para santri dituntut untuk merasakan kebebasan dalam melaksanakan aktifitas apapun, karena itu semua sudah disepakati bersama. Fitrah Keadilan, fitrah ini harus dimiliki oleh para santri, hal ini diterapkan diberbagai tempat baik diwaktu diberi kepercayaan menjadi ketua kamar, pengurus daerah dan pengurus ISDA. Fitrah persamaan dan persatuan, contoh dari aplikatif fitrah tersebut dituangkan dalam bentuk memakai seragam putih-putih dalam shalat berjemaah dan juga bersama-sama dalam melaksanakn senam pagi dan yang lainnya. Fitrah individu, dalam fitrah ini biasanya para santri memasak sendiri, mencuci sendiri dan bagaimana mengatur dirinya sendiri. Fitrah sosial, para santri setiap hari jum’at dan hari selasa melakukan kerja bakhti, dan melakukan kerja sama dengan masyarakat, yang hal ini dilakukan dalam penagihan listrik. Fitrah seksual, fitrah ini merupakan untuk mengembangkan keturunan sehingga di pondok pesantren ini para santri diajarinya dengan mengaji kitab julujen, yang mana dalam hal ini dikhususkan kepada para santri yang sudah keluar Madrasah Aliyah (MA). Fitrah ekonomi, dalam hal ini para santri diajari tentang kewirausahaan dengan mendatangkan pemateri yang menjelaskan pentingnya ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus diterapkan dalam bentuk koperasi. Fitrah politik, disini juga diajari tentang politik dan aplikatifnya, seperti dalam pemilihan pengurus daerah, pengurus ISDA dan pengurus PPDA. Sehingga tidak heran kalau diantara kyai dan gus-gusnya pondok pesantren Darul A’mal ini terjun dibidang perpolitikan. Sebagaimana Gus Sulaiman Chamid yang menjadi anggota DPRD Metro. Fitrah seni, dalam fitrah ini para santri sudah diimplementasikan baik seni kaligrafi, seni qira’ah dan yang lainnya, dan hal-hal tersebut juga sedikit banyak diterapkan pada masyarakat sekitar yang ada”.
Lebih lanjut bapak Misri yang juga merupakan tetangga dekat dari pesantren Darul A’mal menambahkan Pendapat bahwa:
Sebenarnya bagi kami sebagai masyarakat, pesantren itu sudah cukup sangat berperan sekali, mulai dari memberikan bimbingan bagi saya dari orang tua dan anak-anak saya. Dulu, pada zaman saya masih anak-anak, yang mana pada waktu itu pendidikan itu sangat minim sekali, baik itu pendidikan agama, apalagi pendidikan umum, waktu itu saya dan teman-teman saya belajar ngaji dan bagaimana cara (andap ashor) berakhlak yang baik, dengan sabarnya para pendiri pondok pesantren tersebut mengopeni saya dan teman-teman saya sedikit demi sedikit, dan sampai saat ini hal-hal seperti masih terus berlaku, sehingga pondok pesantren mempunyai pengaruh yang sangat sekali terasa bagi masyarakat sekitarnya. Dan dengan adanya pondok pesntren tersebut, kami merasa telah terbekali dengan ilmu-ilmu pengetahuan khususnya pendidikan Islam dan tatakrama”.
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa keberadaan pondok pesantren terhadap masyarakat dalam upaya peningkatan pendidikan agama Islam memiliki peran yang cukup signifikan, hal inilah yang dicontohkan oleh pendiri pertama pondok pesantren Darul A’mal. Beliau melakukan upaya pendekatan sosio-kultural kepada masyarakat sekitar pesantren yang di wujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan masyarakat, yang berupa tahlilan (sarwaan) setiap malam jum’at dan kegiatan tersebut dilakukan dengan cara bergiliran dari rumah masyarakat yang satu dengan rumah yang lainnya. Selain kegiatan itu ada juga pengajian rutin mingguan yang dilaksakan di pondok pesantren. Disamping itu beliau juga memberikan semangat dan memberikan suri tauladan kepada masyarakat dalam berperilaku sehari-hari, sehingga dikalangan masyarakat maupun para santri sangat mengenang jasa-jasa beliau utamanya pada ajaran-ajaran yang dikembangkan oleh beliau yaitu; simtem pendidikannya yang sangat berpengaruh terhadap terbentuknya masyarakat yang berbudi hasanah. Berikut kami sajikan hasil wawancara diatas dalam bentuk Matrik Deskriptif.
Jadi Dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan oleh peneliti pada wawancara di atas, maka dalam penelitian ini kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: Peran pondok pesantren terhadap masyarakat dalam upaya peningkatan pendidikan agama Islam mempunyai posisi yang cukup signifikan, hal inilah yang dicontohkan oleh pendiri pertama pondok pesantren Darul A’mal. Beliau melakukan upaya pendekatan sosio-kultural kepada masyarakat sekitar pesantren yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan masyarakat antara lain, tahlilan (sarwaan) setiap malam jum’at dan kegiatan tersebut dilakukan dengan cara bergiliran. Kegiatan tersebut sampai saat ini masih terlaksana, bentuk serta macamnya juga semakin bervariasi. Semua kegiatan tersebut ditujukan agar masyarakat mampu memahami dan mampu mengamalkan ajaran agama secara baik dan benar. Secara implisit kegiatan tersebut juga bertujuan untuk menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap pesantren maupun bisa meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pesantren.
Adapun beberapa langkah yang diterapkan di pondok pesantren Darul A’mal Desa Mulyojati 16 B metro dalam peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat yaitu melalui: (a). arisan tahlilan mingguan, (b). pembacaan dhiba’an atau berzanji, (c). pembacaan Al quran, (d). pengajian keagamaan, (e). Penyuluhan (berupa penyuluhan pertanian, keterampilan, manajemen usaha, serta koperasi simpan pinjam), dan (f). program pengabdian bagi santri yang sudah lulus Madrasah Aliyah di berbagai lembaga pendidikan yang ada baik di Metro Lampung maupun di daerah Metro seperti (di Bandar Lampung, Kalianda, Kotabumi, dan Bandar jaya). Untuk lebih mengoptimalkan peran pondok pesantren Darul A’mal di tengah masyarakat maka di pesantren ini dibentuk suatu lembaga pengabdian masyarakat dengan nama Biro pembinaan dan pengembangan masyarakat (BPPM).
DAFTAR RUJUKAN
-       Dra. Hj. Faiqoh, M.Hum. 2003. Pondok Pesantren Dan Madrasah Diniyah. Jakarta.
-       Mujib, Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : kencana.
-       Khosin. 2006. Tipologi Pondok Pesantren. Jakarta. Diva pustaka.
-       http: // id. Wikipedia. Org/ wiki/ pesantren. Diakses pada 22 november 2016.
DAFTAR NARASUMBER
-       K.H Ahmad Dahlan Rosyid                ( Pengasuh PPDA )
-       Ustadz. Zakaria Mahmudi. S.H          ( Lurah PPDA )
-       Bpk. Warsim                                       ( Masyarakat Sekitar PPDA )
-       Bpk. Misri                                            ( Masyarakat Sekitar PPDA )